Implikasi Puasa Ramadhan Bagi Kemenangan Jiwa yang Fitri

 

IMPLIKASI PUASA RAMADHAN BAGI KEMENANGAN JIWA YANG FITRI
(Abd. Wahid, S.Pd., M.Si)*



Kalimat “kemenangan” sering kita dengar disaat-saat menyambut ‘idul fitri. Kalimat KEMEMANGAN seakan-akan kita baru saja memenangkan dari pertempuran di medan perang, dengan penuh kegembiraan karena kita mampu mengalahkan pihak musuh yang sangat geram padanya. Namun kemenangan dalam konteks Idul Fitri artinya kemenangan dari segi bahasa, berarti kemampuan mengalahkan lawan atau musuh. Menang juga bisa diartikan sukses dalam ujian. Tetapi ketika kita berkata semoga kita termasuk orang yang kembali kepada fitrah kesucian kita dan meraih kemenangan, yaitu kemenangan melawan hawa nafsuh dimensi syaithaniyah.

Sebagaimana setelah perang Badar, para sahabat bertanya kepada Nabi Muhammad SAW tentang jihad yang lebih besar dari Perang Badar. Nabi Muhammad SAW menjawab, "Jihad melawan hawa nafsu". Jihad melawan hawa nafsu adalah jihad yang terbesar karena nafsu merupakan musuh dari dalam diri.

 

Puncak Tujuan Perintah Puasa Ramadhan

Sebagaimana dikemukakan dalam surat al-Baqarah ayat ke-183; "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa". Aktivitas ibadah, terutama puasa selama bulan Ramadhan, mengandung nilai instrumental sebagai suatu sarana untuk mencapai predikat sebagai hamba Allah yang bertaqwa. Dengan mengemukakan pandangan ini-nilai instrumental puasa dimaksudkan untuk mengembangkan suatu kesadaran dalam beragama bahwa puasa, sebagaimana ibadah-ibadah lainnya, bukan tujuan, melainkan sebagai sarana untuk mencapai kondisi keberagamaan ideal, yaitu taqwa Hal ini penting dikemukakan karena mungkin ada di antara kita memiliki pemahaman terhadap kewajiban ibadah sebatas formalitas, dalam arti sekedar menggugurkan kewajiban. Ibadah yang sebatas formalitas, menurut pandangan tokoh Sufi, seperti Ibnu Athaillah, tak ubahnya seperti kerangka. Lengkapnya: 

الأعمال صُوَرَ قَائِمَةً وَأَرْوَاحُهَا وُجُودُ سِرِّ الْإِخْلَاصِ فِيهَا

"Amal itu kerangka yang tegak dan ruhnya adalah adanya rahasia keikhlasan di dalamya."

 

Dimensi Taqwa

Taqwa merupakan konsep kunci etik-spiritual yang disebut lebih dari dua ratus kali dalam al-Qur'an. Setidaknya pada setiap menghadiri shalat Jum'at, kita diingatkan akan pentingnya menjaga kualitas ketaqwaan.

يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُمْ مُسْلِمُونَ

 "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim. (QS. Ali Imran: 102) Seruan dan seringnya kata taqwa disebutkan dalam al-Qur'an, menjadi petunjuk nyata akan pentingnya taqwa meminjam suatu frasa dalam literatur sosiologi, taqwa memiliki makna dan fungsi sebagai "the sacred canopy", "pelindung suci. Sebagaimana lazimnya kanopi pada bangunan yang memberikan efek perlindungan dan keindahan, taqwa juga demikian. Taqwa dapat melindungi kita dari godaan-godaan dan terpaan-terpaan untuk mengerjakan sesuatu yang dilarang Allah; dan kepribadian kita terlihat indah karena kebaikan yang kita wujudkan. Tentu ada proses secara gradual yang harus dilalui hingga kemudian pada diri kita terdapat "the sacred canopy" berupa taqwa.

 

Menghadirkan Tauhid Rububiyah

Untuk memahami proses ini, penting disegarkan kembali pemahaman pengertian kita terhadap konsep taqwa, di antaranya sebagaimana dikemukakan oleh Imam al-Ghazali atau al-Imam Zainuddin Hujjah al al-Islam Abu Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad ath-Thusi. Dengan merujuk pada al-Qur'an, al-Ghazali dalam Minhajul Abidin ila Jannati Rabbil 'Alamin, mengemukakan tiga pengertian taqwa, yaitu: (1) al-Khasyyah wa al-Hibah (takut dan segan) kepada Allah; (2) al-Tha'ah wa alibadah (taat dan ibadah); (3) Tanzihu al-Qalb 'an al-Dzunub (penyucian hati dari dosa-dosa).

Taqwa dengan demikian merupakan suatu proses secara gradual yang dimulai dengan munculnya rasa takut dan segan terhadap kekuasaan Allah, yang pada proses berikutnya karena takut dan segan kepada Allah dilanjutkan dengan ketaatan dalam melaksanakan ibadah seperti puasa Ramadhan. Puncak ketaqwaan pada akhirnya adalah tanzihu al-qalb 'an al-dzunub (penyucian hati dari dosa-dosa). Inilah taqwa yang sebenar-benarnya (haqqa tukotih) sebagaimana dikemukakan dalam ayat 102 dalam surat al-Imran.

Orang yang bertaqwa pada gilirannya adalah yang memiliki kemampuan ruhani atau spiritual menjauhkan dirinya dari segala perbuatan yang termasuk dalam kategori “dosa-dosa hati” yang dalam Bidayah al-Hidayah, juga karya al-Ghazali, meliputi: a) al-hasad (dengki), b) al-riya' (pamer amal); c) al-Ujub (mengagumi dan menyobongkan diri); dan d) bathar (serakah). Keempat "dosa hati" atau disebut juga "kejahatan hati' (khabaits al-qalb), menurut al-Ghazali merupakan “induk bagi sejumlah keburukan" (ummahat lijumlati mi al-khabaits) yang dapat membawa kepada kebinasaan (al-muhikah) pada seseorang.

Kemampuan membebaskan diri dari "dosa-dosa hati" dan dosa-dosa lainnya merupakan penanda bahwa seseorang telah memiliki kesadaran akan "Kehadiran Tauhid Rububiyah" dalam dirinya. Kesadaran ini, yang bisa dikatakan sebagai puncak pengalaman spritual, merupakan esensi ketaqwaan. Dalam al-Qur'an, surat al-Hadid, pada penghujung ayat ke-4, terdapat penegasan sebagai berikut:

وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنتُمْ ، وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

"Dan Dia (Allah) bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hadid: 4)

Jika Allah ‘azza wa jalla telah menjamin akan membersamai bagi pribadi yang bertaqwa dalam kehidupannya, maka pasti dia akan menjadi manusia beruntung dan selalu mendapatkan kemenangan dalam situasi apapun.

Dalam konteks apapun akan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub), baik dengan cara melaksanakan "ibadah mahdhoh" maupun "ibadhah ghairu mahdhoh". Kualitas taqwa yang demikian, senantiasa merasakan "kehadiran Allah", akan menghasilkan tindakan yang mengandung kebaikan, dan sebaliknya, tidak ingin mendekati perbuatan, sebagaimana disebut dalam al-Qur'an, surat an-Nahl ayat 90, yaitu: al-fahsya', al-munkar, dan al-baghy.

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَنِ وَإِيتَانِ ذِي الْقُرْبَى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيَّ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil, berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (Q.S. An-Nahl:90).

Dalam Tafsir al-Munir, ketiga jenis keburukan ini diartikan sebagai berikut: "al-Fahsya' ada;ah sesuatu yang diharamkan seperti perbuatan zina, mencuri,, menenggak minuman keras, dan mengambil harta orang lain secara batil; al-Munkar adalah apa yang dinilai buruk oleh syariat dan akal, serta perbuatan perbuatan keji yang tampak, seperti membunuh dan melakukan kekerasan fisik tanpa hak dan alasan yang dibenarkan, menghina dan meremehkan orang lain, mengingkari dan menyangkal hak-hak orang lain; al-Baghy adalah menzalimi orang lain dan melanggar hak-hak mereka?"

 

Penguatan Etos Ketaqwaan

Adanya situasi yang kontras atau paradoks pada beberapa aspek kehidupan sosial kita dengan kehidupan keagamaan merupakan petunjuk penting bahwa nilai-nilai keagamaan belum terinternalisasi. Datangnya bulan Ramadhan yang dikenal juga sebagai syahrus shiyam seharusnya merupakan momentum untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan dengan pengertian taqwa yang sebenar-benarnya, yakni terbentuknya kesadaran yang kuat dan mendalam bahwa Allah merupakan zat mutlak yang senantiasa hadir dan mengawasi sendi-sendi kehidupan. Dalam konteks perilaku politik yang tamak “memerkaya diri dan orang-orang di sekitarnya” koruptif, menggagahkan kekayaan (pamer), semena-mena dalam menjalankan kekuasaan, hedon dan perilaku tercela lainnya. Sementara dalam konteks keluarga; lemahnya pengawasan seorang suami dalam membimbing istri dan anak-anaknya, minimnya sikap taat istri kepasa suaminya, dan kasarnya ucapan dan perilaku anak kepada orang tuanya. Hal itu mengindasikan masih rendahnya kesadaran ilahiah tersebut. Ketaqwaan dalam arti yang sebenar-benarnya yang melekat pada diri seseorang mengondsikan hati yang bersih (al-qalb al-salim), kondisi hati semacam inilah yang menjadi tempat meminta pertimbangan etik terhadap perbuatan yang kita lakukan, sebagaimana hadist berikut ini:

استَفْتِ قَلْبَكَ الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ، وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِي النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ

"Mintalah fatwa kepada hatimu! Kebajikan adalah apa yang menenangkan jiwa dan menenangkan hati, sedangkan dosa adalah apa yang membuat jiwa ragu dan bimbang di dalam dada."

Penjelasan Nabi yang disampaikan kepada Wabishah pada hadist di atas, terkandung makna yang mendalam bahwa sejatinya hati manusia merupakan sumber petunjuk kebenaran bagi setiap manusia, pemberi pertimbangan terhadap perbuatan yang buruk dan baik. Seseorang yang melakukan perbuatan dosa atau kejahatan, sejatinya mengetahui bahwa tindakan tersebut tidak boleh dilakukan karena bertentangan dengan hati nurani, dan karena itu bertentangan pula dengan agama.

Supaya hati tetap dalam kondisi fitri (bersih) atau sehat, terhindar dari hati yang sakit (al-qalb al-marid), apalagi menjadi hati yang mati (al-qalb al-mayyit), diperlukan suatu "lelaku" yang dilakukan secara rutin, di antaranya puasa Ramadhan. Tindakan "memerkaya diri" merupakan indikasi nyata ketamakan, salah satu penyakit hati, atau pantulan dari "hati yang sakit” (al-qalb al-maridl). Puasa Ramadhan pada dasarnya merupakan sarana tarbiyah, melatih diri untuk merasakan kehadiran Allah sehingga kita mencapai predikat manusia taqwa-sekali lagi dalam pengertian taqwa yang sebenar-benarnya. Pihak yang paling tahu terhadap pelaksanaan puasa adalah pelaku sendiri dan Allah. Bisa jadi tanpa sepengetahuan orang lain, kita membatalkan puasa atau hilangnya pahala puasa, lalu kita mengakui masih berpuasa. Tetapi karena memiliki kesadaran Allah sebagai "God consciousness", meskipun dalam kondisi haus dan lapar, puasa tetap dipertahankan hingga berbuka dan dilaksanakan selama sebulan penuh.

Latihan merasakan "kehadiran Allah" secara ruhani atau spiritual selama bulan Ramadhan perlu kita rawat dan ditransformasikan dalam keseharian di luar bulan Ramadhan. Puasa selama sebulan dalam bulan Ramadhan, mampu mendidik diri kita dan kelauarga yang peduli penuh cinta kepada Allah (hablu minaAllah), melahirkan hati bersih yang melahirkan kepedulian sosial (hablu minannas). Semoga!

SELAMAT BERBAHAGIA MERAYAKAN 'IDUL FITRI 1446 H.🙏

TaqobbalaAllahu minna waminkum Sholihal a'mal 🤲


 

*Kepala MA Al-Umm Kota Malang



Referensi
Al-Qur’an dan Terjemahannya.
Abbdul Qadir Isa, Hakekat Tasawuf, (Jakarta: Qisthi Press, 2005.
Al-Ghazali, Minhajul Abidin ila Jannati Rabbil 'Alamin
Arifin Syamsul, Spiritualisasi Islam dan Peradaban Masa Depan (Yogyakarta:  SIPRESS, 1996)
A. Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam. (Bandung: Pustaka Setia, 2009.
Abdul Majid, Fitrah dan Kepribadian Islam: Sebuah Pendekatan Psikologis. (Jakarta: Darul Falah, 1999.
Nasution, Harun. Islam Rasional, (Bandung: Mizan, 1995
Murtadha  Muthahhari,  Perspektif  Alquran  tentang  manusia  dan  agama,  (Mizan,  Bandung, Cet. VI, 1413/1992.
 

 

Continue reading Implikasi Puasa Ramadhan Bagi Kemenangan Jiwa yang Fitri

Merawat Semangat Cita-cita Luhur Profesi Guru

Merawat Semangat Cita-cita Luhur Profesi Guru
(Abd. Wahid, S.Pd., M.Si) *


“Sedekah yang paling utama adalah seorang muslim yang mempelajari satu disiplin ilmu kemudian mengajarkannya kepada saudaranya sesama muslim."

 

Profesi guru adalah salah satu profesi tertua di dunia. Profesi mengajar telah ada sejak zaman dahulu. Perkembangan profesi guru berjalan seiring dengan perkembangan masyarakat, dimana proses belajar berlangsung melalui observasi dan dilakukan dalam lingkungan keluarga. Kemudian berkembang menjadi sebuah profesi yang diharuskan untuk mengajarkan suatu disiplin ilmu, sehingga eksistensi guru menjadi rujukan bertanya bagi muridnya untuk memperoleh informasi/ilmu, itu dudu, namun fenomena hari ini guru tidak lagi menjadi satu-satunya rujukan bertanya untuk memperoleh informasi/ilmu bagi peserta didiknya, yaitu dengan disrupsi digital, atau bergeser dengan adanya revolusi digital.

Hari ini, siswa sudah sangat mudah sekali mengakses informasi pelajaran melalui hidangan menu digital berupa tools kecerdasan buatan atau AI (Artificial Intelligence). Sehingga kadang siswa lebih leluasa menguasai akses informasi daripada gurunya yang bisa dibilang kurang update. Sudah menjadi tantangan besar bagi guru yang tetap melekat abadi sebagai pribadi pendidik yaitu terus menjadi pembelajar, meng-upgrade kompetensi diri dan menjadi rujukan akhlak siswanya.

Setelah merangkum dari berbagai sumber, hemat penulis ada beberapa kriteria guru yang profesional, yaitu:

1. Guru yang berniat ikhlas mengajar dan mendidik; Niat adalah penentu segala perbuatan yang akan dan yang telah kita lakukan, dan seseorang dari kita akan mendapat akibatnya menurut apa yang telah kita niatkan sebelumnya maka jadilah kita berjalan dimuka bumi hingga detik ini menurut niat kita sebelumnya. Jadi guru yang ikhlas dalam mengajar dan mendidik tidak mempermasalahkan suatu keadaan, baik itu dari peserta didiknya maupun tempat dan peralatan yang akan digunakan dalam mengajar, dan tidak profit oriented, sebab guru yang ikhlas adalah guru yang benar-benar menginginkan peserta didiknya sukses meraih cita-cita dikemudian hari kelak sehingga dalam mengajar dan mendidik menggunakan bermacam cara untuk mentransfer ilmu yang bermanfaat bagi peserta didiknya.

2. Guru yang mengenal dirinya, profesinya dan mengenal peserta didiknya; Menjadi guru profesional adalah pilihan bijak dan guru yang profesional menampilkan kesan guruku idolaku artinya guru yang tak pernah lekang dari ingatan peserta didiknya, berbagai macam cara ia lakukan dalam mentransfer ilmu dan pembentukan karakter peserta didiknya melalui mata pelajaran yang disampaikan yang sesuai dengan kurikulum, tahap perkembangan anak, kecerdasan anak dan cara belajar anak.

3. Guru yang disiplin dan bertanggung jawab; Seorang guru yang disiplin akan mempersiapkan segala sesuatu untuk menjalankan visi misinya sebagai pendidik dan bertanggung jawab atas segala perbuatannya dalam mengendalikan peserta didiknya pada saat proses pembelajaran, tentunya akan membekas dijiwa anak atas apa yang telah diterapkan dan diajarkan. Guru adalah cermin yang utama bagi peserta didiknya, panutan terbaik bagi mereka. Guru adalah contoh bagi siswanya mulai dari ucapan, perbuatan dan lain sebagainya. Untuk itu, guru sosok yang menjadi panutan peserta didiknya harus lebih utama membudayakan kedisiplinan baik bagi dirinya dan profesinya maupun penerapan bagi peserta didiknya. Guru berperan aktif dalam tanggung jawab membesarkan jiwa peserta didiknya menuju tahap kesempurnaan berpikir dalam tahap perkembangannya.

4). Guru yang bijaksana dalam bertindak; Dalam setiap situasi guru yang profesional akan melakukan sesuatu tindakan perbuatan lebih bijaksana baik pada saat memberi motivasi maupun hukuman pada peserta didiknya melakukan sesuatu yang berlebih dari standar peraturan yang telah disepakati bersama antara guru dan peserta didiknya.

5. Guru yang kreatif, inovatif dan humoris; Guru yang kreatif akan selalu menemukan cara terbaik dalam menyampaikan mata pelajaran dan tentunya menggunakan inovasi terbaru sesuai dengan mata pelajaran dan keadaan yang berlaku saat itu, baik dari situasi dan kondisi lingkungan setempat maupun dari latar belakang setiap peserta didiknya dalam proses belajar mengajar sedang akan berlangsung atau sedang berlangsung. Guru yang profesional paham dan mengerti trik apa yang akan digunakan ketika mengajar dan mendidik demi mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan, dengan model "kelasku, surgaku".

6. Guru yang selalu mendoakan peserta didiknya; Guru adalah orangtua bagi peserta didiknya di sekolah dan guru yang profesional tidak akan putus hubungan ketika sudah berakhirnya proses belajar-mengajar. Guru yang profesional akan selalu mendoakan peserta didiknya sebab tugas yang diemban tidak hanya sebatas keberhasilan saat itu, namun berkelanjutan sampai peserta didik sukses mencapai cita-citanya 

 

SIMPULAN

Guru sebagai profesi mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan (digugu dan ditiru) atau teladan masyarakat sekelilingnya sehingga eksistensi guru tidak dapat digantikan oleh teknologi manapun.

Guru merupakan profesi yang sangat penting, dan merupakan semangat profetik sepanjang hayat sebagaimana sabda Nabi :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَفْضَلُ الصَّدَقَةِ أَنْ يَتَعَلَّمَ الْمَرْءُ الْمُسْلِمُ عِلْمًا ثُمَّ يُعَلِّمَهُ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ

“Sedekah yang paling utama adalah seorang muslim yang mempelajari satu disiplin ilmu kemudian mengajarkannya kepada saudaranya sesama muslim." [Ibnu Majah; 239]

Guru idealnya memiliki tuntutan khusus dalam kehidupan seseorang. Menjadi seorang guru membutuhkan kemampuan khusus. Guru merupakan posisi strategis suatu bangsa untuk pemberdayaan dan pembelajaran, dan tidak ada satu pun elemen dalam kehidupan suatu bangsa yang dapat menggantikannya sejak dahulu kala. Semakin penting kehadiran guru dalam memenuhi peran dan tanggung jawabnya, akan semakin menjamin terciptanya kehandalan dan berkembangnya persiapan pribadi.

Terlepas dari janji regulasi pemerintah untuk mensejahterakan profesi guru terutama guru honorer dan swasta, kita sebagai guru jangan lantas terlalu berharap, ada diterima, tidak ada ya guru tetap tegak lurus menjalankan niat luhur nan mulia untuk membangun kehidupan anak bangsa. 

Jika merefleksi sejarah sejenak ketika Amerika Serikat (AS) meluluhlantakkan Hiroshima dan Nagasaki dengan bom atom, Jepang benar-benar lumpuh, yang tidak pernah dialami oleh Indonesia, namum Kaisar Jepang, Hirohito punya perhatian penuh terhadap eksistensi guru daripada tentaranya, Kaisar tidak menanyakan berapa banyak tentaranya yang tewas, tapi yang ia tanya sisa guru yang masih hidup, karena ia sadar dengan guru ia mampu membangun negara digdaya, yang sampai saat ini kita banyak menerima manfaat dari karya Jepang, bahkan pabrik multinasionalnya menjamur di bumi nusantara.

Dengan kata lain, potret masa depan bangsa tercermin dalam potret guru saat ini, dan penggerak kemajuan kehidupan sangat tergantung pada "citra" guru di masyarakat. Seperti halnya profesi lainnya, profesi guru juga memiliki berbagai atribut profesi, antara lain etika profesi guru, organisasi profesi guru, serta undang undang yang menjamin hak dan kewajiban guru indonesia. regulasi dan seperangkat tata nilai tersebut di buat untuk menjamin profesi guru dapat berperan maksimal dalam proses pendidikan.

Mari kita tutup dengan pesan nabi;

كُوْنـُـوْا رَبَّانِيِّـْينَ حُلَمَاءَ فُقَهَاءَ عُلَمَاءَ وَيُقَالُ اَلرَّبَّانِيُّ الَّذِى يُــرَبِــّى النَّاسَ بِصِغَارِ اْلعِلْمِ قَبْلَ كِبَارِهِ


Artinya: Jadilah pendidik yang penyantun, ahli fiqih, dan ulama. Disebut pendidik apabila seseorang mendidik manusia dengan memberikan ilmu sedikit-sedikit yang lama-lama menjadi banyak, (HR Bukhari). 
Berharap di dunia lebih-lebih kita sangat berharap balasan di akhirat. Semoga Allah ta'ala mengangkat derajat para guru profesional. ✊🏼



SELAMAT HARI GURU NASIONAL 2024!
Senin, 25 November 2024



* Kepala MA Al-Umm Kota Malang



Continue reading Merawat Semangat Cita-cita Luhur Profesi Guru

Ekpresi Gaya Hidup Berkelanjutan MA Al-Umm

 

MA AL-UMM telah sukses menggelar acara puncak P5RA (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Rahmatan Lil'alaamin) yang bertemakan "Gaya Hidup Berkelanjutan: Pemanfaatan sampah/ barang bekas untuk kolase". Dalam acara tersebut siswa membuat berbagai karya kolase yang terbuat dari limbah plastik atau barang bekas, sebagai bentuk komitmen madrasah terhadap pelestarian lingkungan.

Kegiatan yang berlangsung di gedung serbaguna lantai 4 sekolah ini pada 18 November 2024, dihadiri oleh siswa, guru dan jajaran petinggi yayasan. Abd. Wahid, S.Pd. M.Si, selaku kepala madrasah MA Al-Umm, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada siswa atas kreativitas mereka. "Karya-karya ini tidak hanya menunjukkan bakat seni, tetapi juga mencerminkan kesadaran lingkungan dan semangat gotong royong dalam merawat lingkungan sebagai sustainable lifestyle" ujar kepala madrasah.

Kesempatan yang lain, Waka kurikulum, Febri Arissandi, M.Pd memberikan keterangan bahwa kegiatan ini adalah proses penanaman sikap, karakter dan kecintaan terhadap lingkungan atau rahmat kepada alam adalah tujuan utama dalam pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau P5RA, upaya madrasah mengajak kepada civitas madrasah untuk mengedukasi diri dalam menjaga dan merawat lingkungan yang nyaman dan aman. Ujarnya.

Kolase yang dipamerkan dari berbagai tema, mulai dari keindahan alam, kolase hewan, hingga ilustrasi kehidupan manusia. Salah satu karya yang menarik adalah kolase burung garuda yang disusun dari plastik berwarna warni. Karya tersebut menggambarkan keanekaragaman Indonesia yang berisikan harapan akan lingkungan Indonesia yang lebih baik dan semangat gotong rorong. Karya satu persatu di presentasikan oleh siswa, dan penghargaan diberikan kepada karya terbaik pilihan dewan juri.

Acara puncak P5RA ini menjadi bukti nyata bahwa kepedulian terhadap lingkungan dapat dimulai dari langkah kecil, seperti memanfaatkan sampah plastik atau barang bekas menjadi karya seni bahkan menjadi nilai ekonomis. Harapan ketua penyelenggara, Muhammad Abduh, S.Pd, semoga kegiatan ini menjadi inspirasi bagi semua pihak untuk mengelola sampah dengan lebih bijak dan menjaga lingkungan," tutup Abduh.



Continue reading Ekpresi Gaya Hidup Berkelanjutan MA Al-Umm

Pesantren AL-UMM Kota Malang Sukses Gelar Kegiatan Seminar Jurnalistik Nasional

 

Sekolah SMP Islam dan Madrasah Aliyah (MA) Pondok Pesantrean Al-Umm Kota Malang menggelar kegiatan seminar jurnalistik nasional. Kegiatan tersebut diadakan untuk memberikan pemahaman seputar dasar-dasar kepenulisan kepada peserta didiknya.

Abd. Wahid, S.Pd., M.Si selaku kepala sekolah menjelaskan bahwa kegiatan hari ini sangat bermanfaat untuk peningkatan kompetensi literasi siswa. Apalagi, sekolah punya visi ingin mencetak siswa-siswi yang cakap di bidang jurnalistik dan kepenulisan ilmiah.

Menurutnya, seminar jurnalistik semacam ini sangat penting dan perlu dihidupkan di sekolah/madrasah kedepanya dalam upaya penguatan literasi menulis. Pokoknya dia ingin semua siswa SMP-MA Al-Umm harus hebat di berbagai bidang keilmuan, termasuk di bidang literasi ilmiah.

“Perkembangan teknologi sangat cepat, media dakwah kita tidak lagi selalu menggunakan lisan, tapi juga tulisan. Oleh karena itu, siswa harus kita bekali dengan kompetensi jurnalistik/teknik kepenulisan. Tujuannya agar siswa bisa produktif,” ujar Abd. Wahid di gedung Lantai 4 serba guna Pesantren Al-Umm Kota Malang, Kamis (14/11/2024).

Dalam kesempatan yang sama Guru Jurnalistik MA Al-Umm, Waindika Taufik mengatakan bahwa kegiatan seminar hari ini memang diinisiasi untuk menambah pengalaman siswa dalam ilmu jurnalistik. Makanya dia mendatangkan orang yang berpengalaman dalam ilmu tersebut.

Oleh karena itu, dia berharap semoga siswa Al-Umm semakin semangat belajarnya dan terus mengasah kemampuannya di bidang jurnalistik. Dia juga berterimakasih kepada seluruh guru yang terlibat, serta dukungan penuh yang diberikan oleh pihak sekolah.

“Harapannya sangat besar, semoga seminar jurnalistik hari ini bisa meningkatkan kompetensi siswa dan memperdalam kemampuan mereka di bidang literasi khususnya tulis-menulis di media. Kita InsyaAllah kebetulan dalam waktu dekat juga akan memproduksi majalah SKEMA (Sarana Komunikasi & Edukasi), nah harapannya para siswa bisa kita libatkan,” pungkasnya.

Sebagai informasi, seminar jurnalistik hari ini mendatangkan narasumber, Edi Junaidi Ds selaku CEO KYU MEDIA. Sementara peserta yang ikut terdiri dari siswa SMP-MA Al-Umm dari berbagai tingkatan, semua siswa yang ikut sekitar 100 orang dalam suasana antusias dan berjalan lancar. Akhirnya kegiatan ditutup dengan doa penuh khidmad oleh KH. M. Syu’aib Alfaiz, Lc., M.Si selaku mudzir tanfidzi pesantren Al-Umm. []

 





 

Continue reading Pesantren AL-UMM Kota Malang Sukses Gelar Kegiatan Seminar Jurnalistik Nasional

HUT RI Ke-79 : Mengawal PANCASILA Tetap di Jalan yang Lurus


Dirgahayu RI ke-79 pada tahun 2024 ini mengajak seluruh elemen bangsa untuk melaju bersama dan menggelorakan semangat perjuangan yang belum berakhir. Merefleksikan semangat berjamaah, berharmoni, berkolaborasi serta sinkronisasi irama gerak laju, sinergi pikiran dan langkah untuk satu tujuan. Ini adalah energi gerak untuk bangsa Indonesia agar laju momentum bisa Terus Melaju untuk Indonesia Maju. Madrasah Aliyah Al-Umm Malang mengadakan upacara Hari Kemerdekaan Republik Indonesia di halaman sekolah dan diikuti oleh seluruh civitas madrasah dan pondok pesantren Al-Umm.

Upacara dipimpin oleh Kepala Divisi Pendidikan Yayasan Bina Al-Mujtama’, H. M. Mujib, SH., M.Pd.I., beliau menghimbau kepada segenap generasi untuk terus berpegang teguh kepada nilai-norma yang luhur dan menjadi pribadi pancasila serta ikut andil merawat serta mengawal pancasila agar tetap berada di jalan yang lurus, tidak terkontaminasi dengan ideologi lain, baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri. Sejarah mencatat, bahwa Piagam Jakarta –yang di dalamnya ada rumusan Pancasila- adalah hasil kompromi antara golongan Islam dan golongan kebangsaan, yang akhirnya hasil kompromi itu pun masih harus dicoret lagi 7 katanya –Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa- pada sidang PPKI 18 Agustus 1945, sebagai wujud pengorbanan umat Islam demi persatuan dan demi kemerdekaan RI yang baru diraih 1 hari sebelumnya. Inilah pengorbanan umat Islam. Inilah hadiah umat Islam untuk Indonesia.

Kepala Madrasah Aliyah Al-UmmAbd. Wahid, S.Pd., M.Si. memaknai kemerdekaan ini sebagai wujud rasa syukur kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa dalam hidup yang berpijak di atas bumi pertiwi yang merdeka, hidup hanya sekali, harus berarti dalam berbagai situasi, kita saling belajar, bukan menghajar, kita saling membina, bukan menghina, kita saling bertoleransi bukan diskriminasi, kita saling merangkul bukan saling memukul, kita harus hidup bersama-sama walau tidak harus sama. Itulah makna merdeka bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, tandasnya.

Dalam memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa, melalui upacara ini mengajak ke peserta didik untuk memiliki wawasan kebangsaan melalui kegiatan ke-pramuka-an yang konsisten, yaitu muda-mudi akan terbentuk rasa patriotisme dalam bingkai keIslaman.

Sementara Ketua OSPUM (Organisasi Santri Pesantren Al-Umm) putra, Zaydan Syahlevi, memaknai hari kemerdekaan sebagai bebas dari kungkungan apa pun, termasuk bebas memeluk agama dan bebas menjalankan ibadah sesuai ajaran agama dan keyakinan masing-masing.

Keterlibatan seluruh civitas madrasah dalam menyemarakkan HUT RI tahun 2024 ini, ditandai dengan keikut-sertaan para santri dalam berbagai kegiatan yang telah dirancang oleh Pesantren Al-Umm. Setelah upacara bendera dilanjutkan berbagai perlombaan diantaranya; Lomba Mewing, Rucika Wavin, lomba Jembatan Ukhuwah, Skibidi Kombat, Sigma, Tarik Tambang, Skibidi Racing, EPEOEP, Jaga Lilin dan lomba Sop Afrika. Lomba-lomba tersebut semakin membuat semarak peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-79 di MA (Pondok Pesantren) Al-Umm Malang. []

MERDEKA...!



Continue reading HUT RI Ke-79 : Mengawal PANCASILA Tetap di Jalan yang Lurus